Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses mobilitas sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat petani cengkeh di Desa Lingadan Kabupaten Toli-Toli. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 537 petani cengkeh dan yang dijadikan sampel sebanyak 54 petani cengkeh. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket, teknik analisis data menggunakan presentase melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Lingadan sebelum menjadi petani cengkeh relatif sederhana dengan persentase 20% saja yang mencapai kesejahteraan, setelah menjadi petani cengkeh dapat terlihat adanya mobilitas sosial ekonomi pada masyarakat Desa Lingadan dengan persentase 80% yang telah mencapai tingkat kesejahteraan, perubahan status sosial pada masyarakat Desa Lingadan dikarenakan adanya penambahan pekerjaan juga disebabkan oleh faktor pendidikan dan perbedaan fertilitas (kelahiran), faktor pendorong mobilitas sosial ekonomi masyarakat petani cengkeh adalah membiayai pendidikan anak. Sedangkan faktor penghambat dalam bertani cengkeh pada umumnya disebabkan oleh faktor modal, lahan dan cuaca serta ditutupnya salah satu sarana tempat untuk pemasaran cengkeh KUD, sehingga dalam pemasaran cengkeh harus membutuhkan biaya yang besar lagi karena pengeluaran biaya transportasi pengiriman barang ke kota.
Mobiliti Sosial Dalam Pendidikan Pdf Download
Secara etimologis, kata mobilitas merupakan terjemahan dari kata mobility yang berkata dasar mobile. Kata mobile berarti aktif, giat, gesit, sehingga mobility adalah gerakan. Secara harfiah, mobilitas sosial berarti gerakan dalam masyarakat. Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Apabila seorang guru kemudian pindah dan beralih pekerjaan menjadi pemilik toko buku, dia melakukan gerak sosial. Juga apabila seseorang yang semula mendapat gaji bulanan sebesar Rp 250.000,00 kemudian pindah pekerjaan karena tawaran dengan gaji yang lebih tinggi. Proses tadi tidak saja terbatas pada individu-individu saja, tetapi mungkin juga pada kelompok-kelompok sosial. Misalnya, suatu golongan minoritas dalam masyarakat berasimilasi dengan golongan mayoritas.
Tingkat diskriminasi tertentu terhadap anggota-anggota ras dan kelompok-kelompok suku tertentu tidak dapat dimungkiri masih terjadi dalam dunia bisnis, industri, bahkan pendidikan. Latar belakang ras dan suku bisa saja menjadi faktor-faktor penting yang mempengaruhi kemungkinan maupun peluang seseorang untuk melakukan mobilitas vertikal (ke atas).
Terbukanya kemungkinan bagi mobilitas sosial dalam masyarakat lebih dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja sangat tinggi dan lebih dikhususkan, mobilitas sosial akan sulit. Ini karena spesialisasi kerja menuntut keterampilan khusus.
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
Orang-orang yang mengalami mobilitas vertikal naik/turun menghadapi masalah dalam berelasi dengan orang lain masyarakat tertutup ternyata mempunyai masalah sosial yang lebih berat. Status sosial dalam masyarakat sosial tertutup biasanya diperoleh dari keturunan. Ayah dan ibu dengan bakat yang luar biasa mungkin memiliki keturunan dengan bakat yang biasa-biasa saja/ tidak memiliki bakat sama sekali, sebagai contoh raja dengan kemampuan yang luar biasa bisa membawa kerajaan ke masa kejayaan, tetapi keturunannya yang menggantikan posisinya belum tentu memiliki kemampuan yang sama, akibatnya kerajaan itu mengalami kemunduran lalu hilang digantikan oleh kerajaan lain.
Karena itu, pada masyarakat maju selalu terbuka jalan untuk pengambilalihan posisi penting dari mereka yang lahir dalam kelas sosial atas, namun tanpa kemampuan memadai, lalu diambil alih oleh individu-individu yang cakap dari kelas sosial yang lebih rendah. Masyarakat tertutup tidak memiliki kesempatan seperti ini, mereka lebih cenderung sewenang-wenang memperlakukan sumber daya manusia.
Mobilitas penduduk/geografis membawa dampak bagi daerah baru tempat penduduk tersebut bermukim dan bagi daerah asalnya. Urbanisasi besar-besaran, terutama ke kota-kota besar, dapat menimbulkan beragam masalah sosial. Tingkat urbanisasi yang tinggi membawa masalah kependudukan, baik bagi daerah asal/daerah tujuan. Di kota-kota yang menjadi tujuan urbanisasi terjadi ledakan jumlah penduduk, yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan, permukiman kumuh, kesehatan, keamanan, tata kota yang semrawut, kebersihan, dan lain-lain. Sementara itu, daerah asal bisa saja kekurangan sumber daya manusia untuk mengelola sumber daya alamnya. Proses transmigrasi dalam banyak hal memang telah berhasil mengatasi masalah konsentrasi kepadatan penduduk, masalah pengangguran, dan perbaikan kesejahteraan, namun di beberapa tempat timbul masalah yang berkaitan dengan hubungan antara pendatang dan penduduk setempat yang akan menimbulkan konflik antara penduduk pendatang dan penduduk setempat.
Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
Sebagai manusia kita pasti akan menuntut untuk status dan peran sosial, namun sebagai manusia sosial seharusnya kita dapat mengerti dan menyadari mobilitas sosial atau gerakan sosial ini tidak terjadi begitu saja dengan sendirinya. Karena mobilitas sosial terjadi tergantung bagaimana diri kita sendiri menyingkapi status serta peran sosial diri dan menurut prestasi kita masing-masing sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu sebaiknya jika memang menginginkan mobilitas naik kita juga tidak boleh duduk diam dalam struktur sosial tetapi kita harus terbuka dan positif terhadap perubahan positif yang ada di masyarakat.
Penelitian ini berawal dari fenomena semakin banyaknya konversi lahan dan pergeseran profesi petani akibat semakin menyempitnya lahan pertanian di daerah pinggiran perkotaan (suburban). Hal itu terbukti dengan semakin sedikitnya jumlah petani di kelurahan Sepanjang yaitu sekitar 13 orang. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran secara deskriptif mengenai proses mobilitas sosial dalam suatu keluarga petani suburban, dengan memahami saluran kemudian penyebab dan konsekuensi mobilitas sosial yang terjadi. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dan disajikan secara deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi partisipan serta dokumentasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan ketika berada di lokasi penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah empat keluarga petani suburban yang mengalami mobilitas sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran mobilitas sosial dalam setiap keluarga dapat berhasil dan gagal. Saluran yang terjadi antara lain adalah pendidikan, organisasi ekonomi, dan pernikahan. Penyebab mobilitas sosial dalam keluarga petani suburban terdiri atas faktor individu dan struktur yang dapat mendorong dan menghambat terjadinya mobilitas sosial vertikal naik. Faktor individu terdiri atas perbedaan kemampuan, orientasi sikap, penundaan kesenangan, keberuntungan, pola kesenjangan nilai sedangkan faktor struktur terdiri atas fertilitas, bantuan pemerintah dalam pendidikan, dan pola hidup berhutang. Konsekuensi dalam keluarga petani suburban yang ditimbulkan adalah perbedaan prinsip antar anggota keluarga, kerenggangan hubungan akibat kesibukan, perasaan cemas orang tua terhadap masa depan anaknya yang tidak terjamin, dan adanya perasaan kecewa anak karena pencapaian yang rumit untuk mewujudkan impiannya. Adaptasi yang dilakukan adalah penyesuaian terhadap kepemilikan harta dan kebiasaan.Kata Kunci: Mobilitas sosial, antargenerasi, petani suburban, keluarga.
Pada umumnya jenis mobilitas sosial dapat dibedakan:Mobilitas HorizontalArtinya yaitu perpindahan kedudukan mendatar maupun perpindahan pada lapisan sama. Mobilitas ini mempunyai 2 bentuk yaitu suatu bentuk antargenerasi serta intragenerasi.Mobilitas sosial horizontal seringkali terjadi pada diri seseorang, seperti seseorang berpindah profesi tanpa lihat status sosial, meski status sosial lebih rendah. Namun akhirnya menjadi sangat sukses.
Mobilitas sosial horizontal antargenerasi, terjadi diantara 2 generasi maupun lebih. Seperti ayah serta ibu.
Mobilitas VertikalAdalah perpindahan status sosialnya dialami sekelompok maupun seseorang pada lapisan-lapisan sosial berbeda. Mobilitas ini dibedakan menjadi:Mobilitas sosial vertikal intragenerasi yaitu mobilitas vertical terjadi pada diri seseorang.Mobilitas sisal vertikal antar generasi, yaitu mobilitas sosial tidak terjadi pada orang tua itu sendiri, namun terjadi pada 2 generasi. Ciri dari mobilitas vertikal yaitu mobilitas vertikal pada memasyarakat yang anut sistem pelapisan sosial yang terbuka ataupun sistem pelapisan sosial yang tertutup, moilitas vertikal terbadi berdasarkan nilai dan norma berlaku pada masyarakat, kondisi politik serta ekonomi masyarakat, serta saluran pada masyarakat adalah sarana berlangsungnya mobilitas.Dibandingkan bersama mobilitas horizontal, dimana mobilitas vertikal ini banyak sekali membawa pengaruh terhadap masyarakat. Ciri dari mobilitas vertical, yaitu:Mobilitas vertikal tentu terjadi di masyarakat menganut sistem suatu lapisan sosial yang terbuka ataupun sistem lapisan sosial tertutup.
Mobilitas vertikal tentu terjadi berdasarkan nilai dan norma berlaku pada masyarakat yang memiliki sangkutan.
Kondisi politik serta ekonomi kalangan masyarakat bersangkutan berpengaruh laju mobilitas secara vertikal.
Saluran pada masyarakat adalah sarana berlangsungnya ada mobilitas vertikal.
Saluran Mobilitas SosialBerdasarkan Pitirim A.Sorokin, mobilitas sosial vertical memiliki saluran pada masyarakat. Saluran mobilitas vertical, proses mobilitas vertical ini melalui saluran disebut dengan sosial circulation. Saluran mobilitas ini, diantaranya:Angkatan bersenjata
Lembaga keagamaan
Sekolah
Organisasi politik
Organisasi ekonomi
Organisasi keahlian
Hunt dan Harton 1987 catat 2 faktor mempengaruhi tingkat mobiltasnya terhadap masyarakat modern, diantaranya:Faktor structural, yaitu jumlah relative dari setiap tingkat tinggi harus disini dan kemudahan agar dapat mendapatkannya.
Faktor individu, yaitu kualitas setiap kalangan ditinjau dari tingkat pendidikan, keterampilan, serta tampilan pribadi. Faktor nasib pun dikategorikan sebagai suatu faktor individu.
Kedua faktor tersebut tentunya memiliki sifat saling melengkapi, seperti pada daerah membuka tidak sedikit lowongan pekerjaan, namun penduduknya tidak penuhi kualifikasi berdasarkan yang dibutuhkan.Faktor Terjadi MobilitasTerdapat beberapa faktor dapat mempengaruhi perbahan-perubahan sosial yaitu:Tingkat ReproduksiHal paling mendorong tumbuh mobilitas dikarenakan adanya lapisan tidak bisa produksi berdasarkan kebutuhan. Misalnya tenaga ahli pada sebuah daerah yang terbatas hingga tidak bisa tangani semua pekerjaannya.Perbedaan Tingkat MigrasiSeirama bersama perkembangan sosial dan ekonomi kalangan masyarakat, keamanan, kondisi politik, serta mobilitas penduduk Indonesia yang semakin kompleks/rumit. Ragamnya mobilitas tersebut, yaitu:Mobilitas InternasionalMobilitas pendidik Indonesia ke luar negeri sebetulnya telah berlangsung selama berabad-abad lamanya, tetapi mulai mencuat semenjak ertengahan dasawarsa 1970.Mobilitas InternalData hasil dari sensus dan survey penduduk antar sensus (SUPAS) perlihatkan mobilitas penduduk ini dengan antar provinsi serta mobilitas perdesaan kota perlihatkan pola sangat sentrik ke Jawa. Perubahan TeknologiPerkembangan dan kemajuan transportasi pada bidang perhubungan sudah alami kemajuan dengan pesat. Hal demikian menunjukan perubahan teknologi. Transportasi dengan menggunakan becak serta delman, sekarang sudah berubah transfortasi dengaan angkutan atau taksi. Perubahan KemampuanKeterampilan serta pendidikan dapat mepengaruhi terhadap perubahan kemampuan setiap kalangan. Otomatis memilik pengaruh pada mobilitas sosial.Perubahan SikapDimana perubahan sikap ini bisa mendukung serta menghambat terjadi mobilitas sosial. Misalnya sikap mendukung mobilitas merupakan suatu keinginan agar dapat maju ataupun menyesuaikan diri bersama lingkungannya. Maish terdapat bidang lainnya yang mempengaruhi pada proses mobilitas. Bidang-bidang itu diantaranya yaitu:Bidang ekonomi, bisa dilakukan dengan bebagai peningkatan sarana ekonomi, misalnya pembangunan pasar, perhubungan, serta pembangunan gedung sekolah memadai.
Bidang sosial, bisa dilakukan dengan pemberantasan kemiskinan serta melakukan program anak asuh atau angkat.
Bidang hukum, bisa dilakukan oleh penanggulangan KKN.
Akibatnya dari mobilitas sosial dapat membawa dampak tubuh konflik serta penyesuaian pasca konfliknya. Yaitu:Timbulnya konflik, proses terjadi pertentangan, yaitu perbedaan pendirian maupun perasaan, kepentingan, kebdayaan, serta sosial.
Penyesuaian pasca konflik, penyesuaian pada perubahan diakibatkan mobilitas sosial, yaitu pelakukan baru kalangan masyarakat pada kelas sosial, penerimaan individu terkait kelompok warga, pergantian dominasi pada sebuah kelompok masyarakat maupun sosial.
Sumber Materi: Buku Sosiologi Kelas 11 Semester 1 Terbitan BSE Download PDF Post Views: 4,088Share this:Related posts:Menganalisis Keterampilan gerak Permainan Bola Kecil 2ff7e9595c
Comments